Sabtu, 24 Desember 2011

Musibah kedua di Tenggarong?!

24 Des 2011, Belum sebulan musibah yang menimpa kota Tenggarong ku tercinta, muncul lagi musibah baru, kapal ferry penyebrangan tradisional yang mengangkut motor tenggarong kota ke tenggarong seberang tenggelam menabrak kapal ponton. Ada apa kiranya dengan daerah ku yang dulu nya aman dan nyaman ini? Mengapa menjadi daerah yang meresahkan dan semakin mengisolasi kami dari daerah luar saja... Alhamdulillah, puji syukur kepada Tuhan YME karna telah melindungi dan menyelamatkan korban insiden kapal ini seluruhnya, walaupun kerugian materi tidak bisa dihindari, tidak masalah... Yang terpenting nyawa manusia bisa diselamatkan. Tak ada yang penting lagi didunia ini selain nyawa. --- Sabtu pagi, sebenarnya aku ingin mencharge diri. Mengurung diri dalam kamar selama 2 hari seperti biasa, biar energi ku normal kembali setelah melalui berbagai hal yang menguras energi sepanjang minggu. Tapi, uak ingin membawa cucu-cucunya ke Samarinda untuk menebus waktu kebersamaan yang berkurang dalam 3 bulan ini. Awalnya aku menolak dengan alasan kurang enak badan apalagi ini hari sabtu, sudah pasti padat dimana-mana. Tapi begitu aku tau uak dan mama' cuma berdua membawa keempat cucunya, aku merasa kasihan juga. Ku singkirkan ego ku, aku merasa harus ikut bersama mereka. Aku harus menjaga, mengawasi anak-anak agar tetap aman dari segala hal yang mencemaskan. Jauh lebih menenangkan ada bersama orang-orang yang aku sayangi, daripada sendiri meningkatkan perasaan bersalah. Aku putuskan untuk ikut dan menyingkirkan blackberry ku dari genggaman tangan ku untuk menggandeng mereka semua. Rasanya lebih aman mereka semua dalam pantauan ku begini, Saat menyebrang kapal fery, aku tingkatkan kewaspadaan menjaga mereka, saat di mall, saat mereka turun dari mobil dimana banyak mobil bersliweran, perasaan ku lebih nyaman jika harus overprotected begini. Bukan berlebihan, hanya saja, aku sangat menyayangi anak-anak ku ini, tak kan kubiarkan mereka disakiti oleh apapun. Beruntung rasanya aku ikut, sehingga tidak merasa cemas dirumah. Dan ketika kami makan malam soto banjar di depan mesra mall, Bupati Kutim datang dengan ajudan-ajudan nya dan menempati meja di depanku. Saat itu ajudannya berbicara dengan suara nyaring bahwa "kapal fery penyebrangan pengangkut motor di Tenggarong tabrakan dan tenggelam" Kami semua kaget! Bahkan azzam yang tadinya menyandarkan kepala dimeja siap-siap tidur pun jadi tersentak bangun! "Becanda neh orang!" pikirku begitu, karna batrai BB ku yang sudah off dari sore tadi memutuskan hubungan ku dengan teman-teman/keluarga, jadi tidak mengupdate berita terbaru. Kami langsung buru-buru makan, dan langsung pulang setelah sebelumnya uak menyapa dan berbasa-basi sedikit dengan pak bupati tersebut. Dalam perjalanan kearah pulang, yasir menelpon uak memberitahukan bahwa kondisi di Tenggarong seberang macet total dengan antrian mobil sepanjang 3km. Yasir melarang kami untuk pulang lebih awal, setidaknya tengah malam mungkin baru agak lengang... Tapi, inisiatif kami mutar lewat loa janan. Wuiiih... Tau lah, betapa jauhnya perjalanan lewat situ??! Tapi, mau bagaimana lagi? Memang itu satu-satunya cara untuk mencapai Tenggarong. Handphone kami terus berdering menanyakan kabar dan keberadaan kami, tak lupa juga cerita-cerita yang bersliweran tentang jumlah korban yang hilang, meninggal, dan banyak ambulance di TKP membuat kami semua benar-benar resah. "Musibah apa lagi ini Ya Tuhan?!" Kasihan melihat anak-anak harus menempuh perjalanan jauh, aku semakin merasa beruntung tlah memutuskan untuk ikut menjaga mereka. Seandainya aku tidak ikut, pastilah aku akan merasa menyesal dan merasa bersalah karna membiarkan anak-anak harus menanggung efek bias dari semua ini. Hal yang seharusnya lucu, tapi menjadi maklum waktu melewati jembatan mahakam 1. Azzam histeris ketakutan "azzam takut lewat jembatan itu" berulang-ulang kali, baru juga melihat jembatan dari jauh, sudah histeris begitu?! Begitu mobil mulai naik ke jembatan, "mobil nya miring! Azzam takut azzam takut" hahahahahaha.... Sebenarnya bukan cuma azzam, kami orang dewasa juga trauma/panik sebenarnya. Pura-pura tenang aja... Jadi inget kata-kata wak mandal, "lain kali kalo lewat jembatan, jendela mobil harus dibuka full" dan begitulah yang kami lakukan. Faroz, rama, nayla hanya diam membisu, agak berbeda dengan azzam yang kritis, mereka bertiga hanya menahan nafas saat melewati jembatan, hihihihihihihi... "Sedikit lagi sampai, sedikit lagi" azzam tetap berisik, dan huuufft... Mereka berempat melepaskan nafas lega. Hahahahaha... Anak-anak ini lucu juga... Padahal mereka tau apa sih? Tapi jadi ikut-ikutan trauma juga gara-gara musibah jembatan di Tenggarong. Jarak tempuh lewat loa-janan kurang lebih 1,5 jam karna tidak macet. Kami sampai di Tenggarong lebih cepat dari yasir yang mengantri kapal fery dari sore, Alhamdulilaaah, terimakasih Ya Allah untuk hari ini... Terima kasih karna kau lindungi kami semua dan para korban dari insiden hari ini, semoga bisa jadi pelajaran bagi kami, Ammmiiinnn...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar